tag:blogger.com,1999:blog-63629793574933179312024-03-05T12:10:18.106-08:00edyahbungkalEDYAHBUNGKAL KARYA ANAK TONGGOedyahbungkalhttp://www.blogger.com/profile/12326895136809641343noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-6362979357493317931.post-6259659583552459142009-07-19T15:43:00.001-07:002009-07-19T15:50:26.323-07:00saling memaafkan sebelum ibadah puasaTentunya dengan tulus ikhlas, tidak hanya sekedar basa-basi, seremonial atau gengsi saja<br /><br /><br />Berikut kutipan pertanyaan seputar sebelum Ramadhan tentang bermaafan. " Saya mau tanya bagaimana derajat hadits di bawah ini, yang biasanya dijadikan dalil untuk berma'afan sebelum puasa Ramadhan...<br /><br />Ketika Rasullullah sedang berhotbah pada suatu Sholat Jum'at (dalam bulan Sya'ban), beliau mengatakan Aamin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Aamin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Aamin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Aamin sampai tiga kali. Ketika selesai sholat jum'at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: "ketika aku sedang berhotbah, datanglah Malaikat Zibril dan berbisik, hai Rasullullah aamin-kan do'a ku ini," jawab Rasullullah.<br /><br />Do'a Malaikat Zibril itu adalah sbb: "Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:<br />- Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);<br />- Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami istri;<br />- Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.<br />Maka Rasullahpun mengatakan Aamin sebanyak 3 kali.<br />Terimakasih sebelumnya<br /><br /><br /><br />Jawabnya adalah :<br /><br />Dari Ramadhan ke Ramadhan masalah ini sering sekali ditanyakan, dan hadits yang ditanyakan, bisa didapatkan dalam kitab Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ditulis oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Namun setelah diperhatikan dengan apa yang ditulis diatas, ternyata redaksi dan maksudnya jauh berbeda.<br /><br />Untuk lebih jelasnya, makna hadits tersebut bisa anda baca salinan dibawah ini. <br />Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga, (bahwasanya) Rasulullah SAW pernah naik mimbar kemudian berkata : Amin, Amin, Amin" Ditanyakan kepadanya : "Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?" Beliau bersabda. "Artinya : Sesungguhnya Jibril 'Alaihis salam datang kepadaku, dia berkata : "Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan "Amin", maka akupun mengucapkan Amin...." <br /><br />[Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al-Baihaqi 4/204 dari jalan Abu Hurairah. Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu Syahri Ramadhan hal.25-34 karya Ibnu Syahin]. Disalin dari Sifat Puasa Nabi SAW, hal. 27-28, Pustaka Al-Haura.<br /><br />Yang lebih lengkap lagi dari buku Birrul Walidain oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal. 44-45 terbitan Darul Qalam<br /><br />"Artinya : Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin". Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin', kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!', maka aku berkata : 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin". <br />[Hadits Riwayat Bazzar dalama Majma'uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]<br /><br />Dengan demikian, hadist diatas tidak ada hubungan dengan keharusan bermaafan sebelum puasa Ramadhan.<br /><br />Memaafkan merupakan ciri utama orang beriman yang sedang menuju taqwa. Meminta maaf adalah perilaku terbaik seseorang yang pernah bersalah untuk menuju taubatan nasukha.<br /><br />Meminta maaf dan memaafkan seseorang dapat dilakukan kapan saja, dan tidak ada tuntunan syari'at harus dikumpulkan dulu dan menunggu sampai menjelang bulan Ramadhan. Akan tetapi mengambil momen suatu waktu untuk bermaafan boleh sekali..bisa jadi itulah waktu terbaik/tercepat bagi kita sekarang sebelum mati menjemput. <br /><br />Tentunya dengan tulus ikhlas, tidak hanya sekedar basa-basi, seremonial atau gengsi saja. Marilah gunakan waktu hidup yang pendek ini dengan sebaik-baiknya<br /><br />Wallahu 'alamedyahbungkalhttp://www.blogger.com/profile/12326895136809641343noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362979357493317931.post-16065764286610462942009-07-11T18:35:00.000-07:002009-07-14T20:48:27.243-07:00edyahbungkalhttp://www.blogger.com/profile/12326895136809641343noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362979357493317931.post-61223198437325255052009-07-05T23:10:00.000-07:002009-07-05T23:31:04.903-07:00EDYAH BUNGKAL<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJlt6j5IFeLFkKPjj3xw5L-30t_zu9QUp7D_12aeCSljIsoZ5LXvne55HOyI0wlZAWvpgB5m8hK2xiPYO4E7S64FmTAuhGQRWKZQUT_N5ufdY1AwPg5QPCXR_UQtt0u6kw2oSHhrr2WHs/s1600-h/images.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 131px; height: 120px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJlt6j5IFeLFkKPjj3xw5L-30t_zu9QUp7D_12aeCSljIsoZ5LXvne55HOyI0wlZAWvpgB5m8hK2xiPYO4E7S64FmTAuhGQRWKZQUT_N5ufdY1AwPg5QPCXR_UQtt0u6kw2oSHhrr2WHs/s320/images.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5355230528978854370" border="0" /></a><br /><h2 class="archives">Archive for the 'Artikel Islam' Category</h2> <h3 class="entrytitle" id="post-165"> <a href="http://blog.its.ac.id/syafii/2009/06/26/marhaban-ya-syahrullah-syahrurrajab-nasehat-doa-dalam-bulan-rajab/" rel="bookmark"> Marhaban Ya Syahrullah, Syahrurrajab… (Nasehat & Doa dalam Bulan Rajab) </a> </h3> <p><em>Artikel ini sy dapat dari teman saya <a href="http://rifqie24.blogspot.com/">Habib Rifqi Al Hamid</a></em></p> <p><span style="font-size:100%;">Saat ini kita sudah memasuki bulan Rajab 1430 H, d</span><span style="font-size:100%;">imana bulan ini termasuk salah satu dari bulan-bulan haram sebagaimana firman Allah SWT:</span></p> <p>إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ</p> <p><span style="font-size:100%;"><em>Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa </em>(At-Taubah 36)</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Empat bulan haram itu disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW berikut :</span></p> <p>إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق السماوات والأرض السنة اثنا عشر شهرا منها أربعة حرم ثلاث متواليات ذو القَعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان (رواه البخاري ومسلم).</p> <p><em><span style="font-size:100%;">“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti pada hari penciptaan langit dan bumi, setahun terdapat dua belas bulan dan empat di antaranya adalah bulan haram dan tiga diantaranya berturut-turut, yaitu dzul qa’dah, dzul hijjah, muharram dan rajab mudhar yang berada di antara jumadil awal, jumadil akhir dan sya’ban”</span></em><span style="font-size:100%;"> (HR. Bukhari dan Muslim)</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><span style="font-size:100%;">Bulan-bulan haram memiliki kedudukan yang agung, dan bulan rajab termasuk salah satu dari empat bulan tersebut. Dinamakan bulan-bulan haram karena : </span></p> <p><span style="font-size:100%;">1.</span> <span style="font-size:100%;">Diharamkannya berperang di bulan-bulan itu kecuali musuh yang memulai.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">2.</span> <span style="font-size:100%;">Keharaman melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dibulan ini lebih besar di bandingkan bulan yang lain. </span></p> <p><span style="font-size:100%;">Allah berfirman : </span></p> <p>يا أيها الذين آمنوا لا تحلوا شعائر الله ولا الشهر الحرام</p> <p><em><span style="font-size:100%;">“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram</span></em><span style="font-size:100%;">” (Al-Maidah 2) </span></p> <p><span style="font-size:100%;">Yaitu janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan sehingga merusak kesucian bulan-bulan tersebut. Larangan ini mencakup melakukan atau beritikad melakukan perbuatan dosa.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Karena kedudukannya yang khusus itu mak hendaklah dijaga kesucian bulan-bulan haram dengan menjauhi maksiat, sebab kadar dosa dan maksiat akan diperbesar karena pemuliaan Allah atas bulan-bulan tersebut. Karena itulah Allah telah secara khusus memperingatkan kita di ayat yang lalu agar jangan menzalimi diri di bulan-bulan itu padahal secara umum perbuatan tersebut diharamkan pada setiap waktu.</span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;"> </span></strong></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">Do’a memasuki bulan rajab</span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;">Di antara do’a yang dibaca ketika memasuki bulan rajab sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dari sahabat Anas bin Malaik ra. adalah :</span></p> <p>اللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان</p> <p><span style="font-size:100%;"> </span><span style="font-size:100%;"><em>“Ya Allah berkahilah kami di bulan rajab dan sya’ban dan sampaikanlah (umur) kami hingga ramadhan”</em>. Hanya saj ahdits ini dilemahkan oleh sebagian ulama ahli hadits.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">Amalan-amalan yang terjadi di bulan Rajab dan hukumnya</span></strong></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">1- Puasa di bulan Rajab :</span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;">Keutamaan berpuasa di bulan rajab tidaklah bersumber dari Rasulullah SAW ataupun dari sahabat-sahabatnya. Syari’at berpuasa di dalamnya sama dengan yang ada di bulan-bulan yang lain seperti puasa senin dan kamis, berpuasa tiga hari <em>biydh</em> dan puasa Dawud (sehari berpuasa dan sehari tidak). Sedangkan Umar ra. melarang untuk menghususkan berpuasa di bulan rajab karena hal itu menyerupai perbuatan orang jahiliyah.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata : “Tidak ada hadits shahih yang bisa dijadikan hujjah (landasan hukum) tetang keutamaan bulan rajab, termasuk puasa di dalamnya atau puasa tertentu dan shalat tertentu yang khusus dilakukan dibulan rajab. Sedangkan hadits-hadits yang ada tentang hal itu terbagi dua : <em>dhaif</em> (lemah) dan <em>maudhu</em> (palsu)”!!. Hadits-hadits tersebut dikumpulkannya dengan jumlah 11 hadits <em>dhaif</em> dan 21 hadits <em>maudhu</em>. </span></p> <p><span style="font-size:100%;">Imam Ibnu Qayim berkata: “Dan Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa selama tiga bulan berturut-turut (yaitu rajab, sya’ban dan ramadhan) sebagaimana yang banyak dilakukan orang. Tidaklah puasa khusus rajab maupun puasa-puasa lain di bulan itu lebih disukai dibandingkan di bulan-bulan yang lain”.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Dalam fatwa laznah ad-Daimah dikatakan bahwa tidak diketahui adanya sumber syar’i tentang pengkhususan puasa pada hari-hari di bulan rajab.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">2. Umrah di bulan Rajab</span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;">Tidak ada satu hadits pun yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW berumrah (khusus) di bulan rajab. Oleh karena itu mengkhususkan umrah di bulan rajab serta meyakini bahwa umrah di dalamnya terdapat keutamaan yang tertentu, adalah termasuk perbuatan bid’ah. Tidak pernah Rasulullah menetapkan berumrah di bulan rajab, bahkan Ummul Mukminin Aisyah ra. telah mengingkari hal tersebut (HR. Bukhari)</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Syeikh Muhammad bin Ibrahim berkata dalam fatwanya : “Pengkhususan beberapa hari rajab dengan amalan seperti ziyarah dan lain-lain tidaklah memiliki sumber hukum. Sebagaimana yang ditetapkan oleh Imam Abu Syamah dalam kitab <em>al-bida’ wa al-hawadits</em>, bahwa tidak ada pengkhususan ibadah di waktu-waktu yang tidak dikhususkan oleh syar’i. Karena tidak ada waktu yang lebih utama dari waktu yang lain kecuali jika syari’at telah mengutamakannya, bisa dengan hanya mengutamakan ibadah tertentu atau mengutamakan semua amalan baik dalam waktu tersebut yang berbeda dengan waktu yang lain. Oleh karena itu para ulama mengingkari adanya pengkhususan bulan rajab dengan memperbanyak umrah. Akan tetapi jika seseorang berumrah di bulan rajab tanpa meyakini adanya keutamaan khusus umrah dibulan itu maka tidak apa-apa.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">3. Shalat Raghaib</span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;">Yaitu shalat sebanyak dua belas raka’at setelah shalat maghrib pada awal jum’at dengan enam kali salam. Dibaca pada setiap raka’at setelah surat fatihah surat al-Qadr tiga kali, surat al-Ikhlas dua belas kali dan setelah selesai melaksanakan shalat membaca shalawat Nabi sebanyak tujuh puluh kali dan berdo’a sekehendak hati. </span></p> <p><span style="font-size:100%;">Shalat ini dibuat oleh para pendusta. Tentang hal itu Imam Nawawi berkata : “Itu termasuk bid’ah yang buruk dan kemungkaran yang besar, maka hendaklah ditolak dan ditinggalkan. Termasuk kemungkaranlah bagi yang mengerjakannya”.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Ibnu Jauzi berkata ” “Tidak diragukan lagi bahwa itu merupakan perbuatan bid’ah yang mungkar dan haditsnya palsu” (<em>al-Maudu’at </em>: 2/124).</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Syeikh Islam Ibnu Taymiyah berkata : “Shalat raghaib merupakan bid’ah berdasarkan kesepakatan para ulama agama seperti Imam Malik, Syafi’i, Abu Hanifah, Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Al-Laits dan lainnya. Sedangkan hadits yang diriwayatkan tentang hal itu menurut para ahli hadits adalah suatu kebohongan. </span></p> <p><span style="font-size:100%;">Ditambahkan oleh al-Hafidz Ibnu Rajab : Hadit yang diriwayatkan tentang kekhsusuan shalat raghaib di bulan rajab itu adalah kebohongan dan batal. Shalat itu merupakan bid’ah dalam pandangan jumhur ulama… hadits tetang hal itu muncul setelah empat ratus tahun kemudian dan tidak diketahui oleh para pendahulu dan tidak pernah mereka bicarakan. (<em>Lathaif al-Ma’arif </em>: 228).</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">4. Berkumpul dan merayakan Mi’raj pada malam ke 27 di bulan rajab</span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;">Tidak ada dalil yang menentukan tanggal tersebut maupun bulannya. Terdapat perbedaan besar tentang hal ini yang pada hakekatnya itu suatu kebodohon. “Tidak ada dalam hadits-hadits sahih pengkhususan malam itu, jika ada yang mengkhususkannya itu tidaklah sah dan tidak ada sumbernya”. Ini dijelaskan dalam Kitab <em>al-Bidayah wa an-Nihayah</em> oleh Ibnu Katsir (2/107) dan kitab<em> Majmu’ul Fatawa</em> (25/298).</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Pengkhususkan malam tersebut dalam bentuk menambah ibadah seperti shalat malam dan puasa di siang harinya, atau menampakkan kegembiraan dan suka cita dengan mengadakan perayaan-perayaan yang bercampur dengan perbuatan-perbuatan haram seperti <em>ikhtilat</em> (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim), nyanyian dan musik. Ini semua nyata tidak boleh dilakukan pada dua hari ‘ied yang ada syaria’tnya apalagi hari-hari ‘ied yang bid’ah seperti perayaan isra dan mi’raj ini. </span></p> <p><span style="font-size:100%;">Shalat pada malam ke 27 atau sering dikenal dengan nama shalat malam mi’raj adalah termasuk perbuatan bid’ah yang tidak ada sumbernya (lihat kitab <em>Khatimatu safar as-Sa’adah</em> oleh Fayruz Abadi (150) dan kitab <em>At-Tankit</em> oleh Ibnu Hammat (97)). Adapun dikatakan bahwa peristiwa Isra Mi’raj berada di bulan rajab dan berada pada tanggal tersebut, menurut <em>ahli ta’dil wa tajrih </em> adalah juga termasuk kebohongan (lihat kitab <em>al-Ba’its</em> (232) dan <em>Mawahib al-jalil</em> (2/408)). </span></p> <p><span style="font-size:100%;">Abu Ishaq Ibrahim al-Harbi berkata bahwa persitiwa isra dan mi’raj Rasulullah SAW terjadi pada tanggal 27 rabi’ul awal (lihat kitab <em>al-Ba’its</em> (232) <em>Syarh Muslim</em> oleh Imam Nawawi (2/209) <em>Tabyinul ‘Ujb</em> (21) <em>Mawahib al- Jalil</em> (2/308)). Adapun yang melaksanakan shalat di malam ke 27 rajab berdalil dengan riwayat yang berbunyi :</span></p> <p>في رجب ليلة كُتب للعامل فيها حسنات مائة سنة وذلك لثلاث بقين من رجب ..</p> <p><em><span style="font-size:100%;">“Di Bulan rajab terdapat</span></em><em><span style="font-size:100%;"> suatu malam yang akan dicatat bagi yang melaksanakan kebaikan di waktu itu dengan kebaikan seratus tahun, yaitu pada tiga hari terakhir bulan rajab…”</span></em></p> <p><span style="font-size:100%;">Hadits ini diriwayatkan oleh imam Baihaqi dalam kitabnya <em>Asy-Syu’ab </em>(3/374) yang telah ia <em>dha’if</em>-kan sebagaimana juga telah di<em>dhai’if</em>-kan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya <em>Tabyin al-’Ujb </em>(25). Para ulama juga telah bersepakat bahwa malam yang paling utama dalam setahun adalah malam lailatul qadar, hal ini tentu bertentangan dengan hadits di atas. </span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;"> </span></strong></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">5. Pemotongan hewan kurban (<em>‘atirah</em>) </span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;">Beberapa ulama mensunahkan pemotongan hewan pada bulan rajab berdasarkan dalil hadits yang diriwayatkan oleh Mukhannaf ibn Salim ra. berikut :</span></p> <p>كنا وقوفا مع النبي صلى الله عليه وسلم بعرفات فسمعته يقول : ( يا أيها الناس على كل أهل بيت في كل عام أضحية وعتيرة هل تدرون ما العتيرة ؟ هي التي تسمونها الرجبية ) رواه أحمد وأبو داود والنسائي والترمذي</p> <p><span style="font-size:100%;"><em>Kami berwuquf bersama Rasulullah SAW di Arafah, dan saya mendengar beliau bersabda : “Wahai sekalian manusia, kewajiban setiap keluarga melakasanakan ‘atirah (kurban) setiap tahun, tahukah kamu apa itu ‘atirah? Itulah yang kamu sekalian namakan rajabiyah (kurban di bulan rajab)</em>.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai dan Tirmidzi).</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Imam Tirmidzi berkata : ini adalah hadits hasan gharib yang hanya diketahui melalui hadits ibn Aun. Hadits ini didha’ifkan oleh Ibnu Hizam, Abdul Haq dan Ibnu Katsir.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Jumhur ulama telah bersepakat bahwa hadits itu dimansuh oleh hadtis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. berikut :</span></p> <p>أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لا فَرَعَ ولا عَتِيرَة. رواه البخاري ومسلم</p> <p><span style="font-size:100%;"><em>Rasulullah SAW bersabda : tidak ada fara’ juga ‘atirah.</em> (HR. Bukhari dan Muslim)</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> Imam Abu Dawud berkata bahwa <em>fara’</em> itu adalah onta yang disembelih untuk berhala kemudian dimakan dagingnya dan kulitnya digantung di atas pohon dan <em>‘atirah</em> adalah korban yang dilaksanakan pada sepuluh pertama bulan rajab. <em>‘Atirah</em> ini merupakan kebiasaan masyarakat jahiliyah. Yang kemudian hal itu dilarang Rasulullah SAW.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">6. Ziyarah kubur di bulan rajab.</span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;"> Fenomena yang nampak juga dilakukan beberapa kalangan masyarakat adalah melaksanakan ziyarah kubur di bulan rajab dengan beranggapan bahwa itu lebih utama dibandingkan di bulan-bulan yang lain. Ini juga termasuk perbuatan bid’ah yang tidak pernah dicontohkan di zaman Rasululullah SAW dan para sahabat. Ziyarah kubur memang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan dilakukan kapan saja dalam setahunnya.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">Adapun hal yang disyari’atkan dan dianjurkan dilaksanakan di bulan rajab adalah:</span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;">Meninggalkan perbuatan yang dilarang dan diharamkan seperti menzalimi diri sendiri, serta memperbanyak ketaatan pada Allah dan memperbanyak perbuatan baik. Bertobat nasuha dan kembali pada Allah SWT serta mempersiapkan diri memasuki bulan ramadhan agar termasuk para pemenang di bulan tersebut dan memperoleh lailatul qadar. Persiapan dilakukan dengan cara melatih hati dan jasmani dengan ibadah dan ketaatan dan merendahkan diri di hadapan Allah serta melaksanakan segala perintahNya.</span></p> <p><em>Wallahu a’lam bishshawab, Wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.</em><br /><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p><span style="font-size:100%;"><br /></span></p> <p><strong><span style="font-size:100%;">Disarikan dari kitab :</span></strong></p> <p><span style="font-size:100%;">- <em>Tanbiihaat haula syahr Rajab </em>oleh Ibrahim Al-Haddadi</span></p> <p><span style="font-size:100%;">- <em>Syahr Rajab bain al-mubtada’ wa al-masyru’ </em>oleh Dr. Naif bin Ahmad bin Ali Al-Hamd</span></p>edyahbungkalhttp://www.blogger.com/profile/12326895136809641343noreply@blogger.com1